Jumat, 02 Januari 2009

When Babies Take a Pee

Ompol bayi… hmm… sounds not really important to discuss about. Tapi dari yang sepele ini bisa timbul masalah krusial loh! Sekrusial apakah itu?
Yang menjadi ‘ompol’ bayi ini krusial adalah karena kita menganggapnya sepele!
Doesn’t get any sense?

Well, I’ll try to explain why I said this problem is crucial…

In Islam, or maybe some other faith, air seni itu termasuk najis, specifically dapat menghalangi orang yang beribadah sholat, ato tepatnya membuat seseorang tidak sah sholatnya ketika ada najis menempel di tubuhnya, bajunya, alat sholatnya, tempat sholatnya. Itulah kenapa setiap muslim harus wudu dulu dan memperhatikan kebersihan pakainnya ketika mereka akan sholat.

Dan ompol bayi juga najis. Apalagi ompol bayi perempuan sudah dikatakan najis ketika mereka baru dilahirkan ke dunia. Ompol bayi laki2 baru disebut najis ketika ibu mereka memberikan makanan selain asi kepada mereka. What makes it different? Secara detilnya, gue gak tau, tapi kurang lebih karena ompol bayi perempuan memang lebih kotor dari ompol bayi laki2 sebelum diberi makan selain ASI. Dan kenapa bisa begitu? Lebih jelasnya juga gue gak tau… tapi gue rasa ya karena alat reproduksi perempuan dan cowok beda, terdapat metabolisme tubuh yang beda pula. Hmm.. make sense sih sepertinya…

Dan… yang bikin ompol bayi itu jadi masalah yang krusial, karena sebagian orang tua menganggapnya sepele, yaitu dengan membersihkan bekas ompol bayi di lantai ato di manapun bayi mengompol dengan tidak sempurna. Bahkan tidak ‘mencebok’ ato mengelap bayi dengan kain basah setelah mereka ngompol. Dari kebanyakan ibu yang gue temui, hampir semuanya begitu! Sekalipun Ibu itu menyebut dirinya seseorang yang paham agama dan pinter. Gue jadi heran, paham agama & pinter kok begitu sih?

Gue sering ngeliat ibu2 yang mengelap ompol bayinya di lantai cuma dengan celana si bayi yang juga uda kena ompol. Terus si bayi nya juga gak dicebokin dulu ato di lap dulu pake kain basah, tapi langsung aja dipakein celana baru. Itu artinya si ibu meninggalkan jejak najis di kulit si bayi dan membiarkan najis menempel begitu saja di lantai.

Perlu diketahui, ketika seseorang mengambil wudhu, keluar dari kamar mandi, dan kebetulan tanpa sepengetahuannya menginjak bekas ompol tadi, dan dia kemudian sholat, maka apakah sholatnya sah ketika ada najis menempel di kakinya? Tidak hanya kakinya, tapi sajadahnya juga terdapat najis karena ketika dia sholat tentu saja dia menginjakkan kakinya di sajadah sementara sebelumnya dia sempat menginjak bekas ompol, dan setiap jejak yang dia tinggalkan sebelum akhirnya menjejakkan kaki di atas sajadah adalah jejak2 yang membawa najis. Hingga akhirnya najis itu itu menyebar ke mana2, termasuk menempel ke sajadah, sesuatu yang seharusnya suci. Orang lain yang ada di rumah itu bisa jadi menginjak jejak2 najis tersebut dan membuat jejak2 najis tersebut menyebar ketika dia melangkah. Seisi rumah bisa jadi penuh dengan jejak2 najis. Dan membuatnya tidak suci untuk dijadikan tempat sholat. Dan hal yang semula dianggap sepele menjadi masalah yang krusial.

Karena itu perlu banget untuk mengelap bekas ompol di lantai menggunakan kain basah, sesuai dengan prosedurnya, bahwa yang najis seperti kotoran dari tubuh manusia harus dibersihkan dengan air. Tapi kain lap yang digunakan pun harus dipastikan bersih. Seenggaknya 2 kali mengelap ompol dengan kain basah bersih bisa mengangkat bekas ompol dari lantai, dan tidak meninggalkan najis. Tapi jangan lupa, kain lap yang sudah dipakai untuk mengelap ompol harus dibilas sampai bersih, menjaga agar kain itu tidak mengandung najis ketika digunakan untuk mengelap yang lain.

Soal si bayi, setiap kali bayi mengompol, sebelum dipakein celana baru, si bayi semestinya dibersihin pula dari sisa ompol yang nempel di paha ato kakinya terutama kemaluannya dengan mengelapnya dengan kain basah kalo Ibu keberatan untuk mencebokinya dengan air langsung dengan alasan takut masuk angin. Yang penting, pastikan tidak ada sisa ompol yang menempel, sebab selain untuk menjaga kebersihan yang berkaitan dengan kesehatan si bayi, juga untuk mencegah menempelnya najis ke orang lain yang memeluk/menggendong si bayi.
Dengan begitu, ‘penyebaran’ ompol bayi yang najis dan dapat menghalangi sholat bisa dihindari.

Masih ada yang mau menganggap ompol bayi sepele?